Wednesday, April 11, 2007

Nafsu di Antara Tumpukan Buku...



Istilah ”prostitusi terselubung” agaknya perlu direvisi. Hampir setiap jengkal daerah terlarang di Surabaya kehilangan kesan eksklusif karena kemudahan mengaksesnya. Tak terkecuali prostitusi yang melibatkan pelajar dan mahasiswi. Mereka ada tepat di depan hidung... Hidung yang tak belang sekalipun.






Malam itu, di sebuah hotel di kawasan Surabaya Selatan, ane dan beberapa anak-anak Vimagz menunggu gadis yang beberapa hari sebelumnya telah kami kontak lewat jasa satpam di hotel tersebut.
Setengah jam menunggu di lobi hotel, akhirnya yang dinanti pun menampakan diri. Satu orang berperawakan sedang bernama Sisca, sementara yang lain bertubuh relatif mungil namun padat berisi, yang memperkenalkan dirinya dengan nama Nadia.
Saat itu, kami sebenarnya hanya ”mengorder” satu orang mahasiswi, dan itu adalah Sisca. Tapi satpam hotel, perantara kami, sebelumnya memang mengatakan bahwa Sisca akan diantar oleh cewek lain bernama Nadia.
Agar tahu lebih banyak tentang jaringan prostitusi pelajar dan mahasiswi ini, kami pun berpura-pura tak cocok dengan Sisca yang berstatus sebagai mahasiswi jurusan ekonomi semester dua di universitas swasta terkenal ini. kami meminta ganti, dan dengan “professional”, mereka bersedia ”dipulangkan” kembali.
Anak-anak Vimagz pun mengantar ke tempat kos mereka di kawasan Surabaya Barat. ”Cepet dandan, ya. Sebentar lagi aku jemput,” ujar Nadia kepada seorang temannya melalui telepon selularnya, di tengah perjalanan. Selain sebagai cewek panggilan, Nadia ternyata juga berprofesi sebagai ”mami”. Ia mengaku punya ”koleksi” setidak 25 orang cewek dari kalangan pelajar dan mahasiswi! ”Yang Chinesse juga ada. Dari yang umur 18 tahun sampai 25 tahun. Cuma lebih mahal,” ungkapnya. (daz)

MAU VERSI LEBIH LENGKAP?? Baca VIMAGZ 1st edition!(DUE April 1st, 2007)

Sindikat Perawan Palsu
Dari Nadia, ane juga mendapatkan fakta menarik tentang bisnis prostitusi yang melibatkan gadis-gadis perawan. Meski tak lagi perawan, Nadia mengaku pernah ikut acara ”perawan party”. Yang cukup mencengangkan, agar dianggap perawan, Nadia membawa bekal peniti atau silet. Dua benda tajam itu dipergunakan untuk melukai alat kelaminnya agar berdarah sebagai bukti keperawanan.
”Saat tamu lengah, aku ambil peniti. Setelah luka, aku bersihkan pakai kapas dan dioleskan ke sprei. Jadi tamunya percaya kalau aku masih perawan. Lagian, aku kan memang kelihatan masih kecil, jadi mereka nggak ada yang curiga,” ujar Nadia, tanpa beban. (daz)

MAU VERSI LEBIH LENGKAP?? Baca VIMAGZ 1st edition! (DUE April 1st, 2007)

0 comment:

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites