Transportasi dan Transformasi Budaya

Boleh jadi, masalah kebangsaan kita -termasuk transportasi- adalah masalah "human being". Ego untuk mendapat hal-hal "material" untuk diri kita sendiri.

PLN, DBL, dan Pasar Atom

Dahlan sukses di PLN karena kendali komunikasi, DBL besar (salah satunya) karena JP, Atom menang bersaing karena (salah satunya) media internal.

Rindu, Keju, dan Bokong

kenapa bagian bawah punggung kita dimakan bokong? Kenapa tidak keju? Kenapa keju tidak dinamakan bokong saja? Kenapa?.

Realita Cinta, (Pipis), dan Rock n Roll

Tidak ada perbedaan yang signifikan antara cinta dan kebelet pipis. Keduanya mendesak, top number 1, dan menimbulkan efek suara yang sama: Ahhh..

Cerita Berambut

Dulu, saya benci sekali potong rambut. Selalu meras lebih pede dan "dapet gaya" dengan rambut gondrong. Demi masa, begitu cepat waktu berlalu.

Friday, October 02, 2009

Big Match: Setan vs Malaikat Kebaikan


Pagi ini saya awali dengan rasa malu. Malu karena saya merasa tak menjadi warga negara yang baik karena tak ikut dalam usaha untuk mempertahankan harga diri bangsa dan melestarikan salah satu kebudayaan nusantara yang tak ternilai harganya: batik. Semua orang sibuk dengan hari batik, sementara saya tetap cuek dengan jaket dengan tulisan besar dan menonjol, "Converse".

Tapi ego berhasil memutarbalikkan pola pikir. Setan berhasil memukul mundur malaikat kebaikan yang bersemayam di otak saya. Hasilnya, sebuah sikap skeptis yang berusaha menyembunyikan ketidakpedulian saya dengan menyalahkan orang lain: "Halah, orang Indonesia!! Kalau udah kaya gini aja, semuanya pada pakai batik!!! Selama ini kemana aja?!!"

Bagus!! Sebuah pembelaan diri yang bagus! Padahal saya tahu betul bahwa saya adalah juga bagian dari orang Indonesia yang saya olok-olok pada kutipan di atas. Saya adalah termasuk orang yang selama ini tak pernah peduli dengan karya agung dan budaya bangsa bernama batik.

Malaikat baik berhasil melakukan perlawanan. Saya goblok-goblokkan diri saya sendiri. Saya tertawakan pola pikir yang saya punyai. Mau jadi apa bangsa ini kalau kita sudah tak peduli dengan bangsa kita sendiri dan kemudian diperparah dengan bersikap skeptis ketika ada usaha untuk memperbaiki kesalahan itu. Sikap skeptis sama berbahayanya dengan ketidakpedulian itu sendiri!

Malaikat baik tampaknya tak hanya berhasil melakukan perlawanan, tapi kini telah memukul K.O. setan yang ada di diri saya. Tapi dengan sisa-sisa tenaganya, setan terus melakukan berbagai upaya pembalasan. Ketika saya membuka playlist, kursor langsung saya arahkan pada folder "Avenged Sevenfold". Sepintas, mata saya menangkap folder "keroncong", "dangdut", dan "Campursari" koleksi bapak saya.

Setan: "Keroncong??? dangdut??? Apa jadinya kalau teman-teman kamu tahu ada koleksi musik ini di playlist komputer kamu??! Gitu ko ngakunya rocker!!"
malaikat: "Dengerin dulu aja, yaz. Baru putuskan."

Saya lalu memutuskan untuk mendengar beberapa lagu dangdut dan keroncong. Dan... saya menikmatinya!! Dengan sangattt!!!!

malaikat: Tuh, kan! jangan denger setan!
setan: Ah, degradasi selera musik kamu, yaz!!!

Setan dan malaikat terus berdebat. Saya suka mendengar mereka berdua bertengkar. Tapi saya harus sholat Jumat. Saya akan buka lemari saya. Adakah baju batik yang bisa saya pakai untuk sholat jumat?

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites