Transportasi dan Transformasi Budaya

Boleh jadi, masalah kebangsaan kita -termasuk transportasi- adalah masalah "human being". Ego untuk mendapat hal-hal "material" untuk diri kita sendiri.

PLN, DBL, dan Pasar Atom

Dahlan sukses di PLN karena kendali komunikasi, DBL besar (salah satunya) karena JP, Atom menang bersaing karena (salah satunya) media internal.

Rindu, Keju, dan Bokong

kenapa bagian bawah punggung kita dimakan bokong? Kenapa tidak keju? Kenapa keju tidak dinamakan bokong saja? Kenapa?.

Realita Cinta, (Pipis), dan Rock n Roll

Tidak ada perbedaan yang signifikan antara cinta dan kebelet pipis. Keduanya mendesak, top number 1, dan menimbulkan efek suara yang sama: Ahhh..

Cerita Berambut

Dulu, saya benci sekali potong rambut. Selalu meras lebih pede dan "dapet gaya" dengan rambut gondrong. Demi masa, begitu cepat waktu berlalu.

Saturday, January 31, 2009

Malam Minggu Jahanam


Perjaka 1 :
Malem minggu, rek....

Perjaka 2 :
Ademm... mari udan. Uenak howone yo jeh...

Perjaka 3 :
Lagi nyekel duit pisan, mari bayaran...

Tetangga Penguping -yang tak terlihat wujudnya-:
TAPI GAK DUWE BOJO KABEH... PERRCCUMMAAA!!!!

Perjaka 1,2,3 :
JJANNNCCOOOKKKK!!!!

Perjaka 1,2,3 & Tetangga Penguping -yang datang menghampiri-:
BWAHHAHAHAHHHHAHAHAHAHAHAHHHAHAH!!! Mari kita rayakan malam ini, teman!!! Huahahahahah

*Apa yang terjadi berikutnya? Hoho... tunggu cerita berikutnya :)

Saturday, January 24, 2009

Cerita Berambut


Saya banyak berpikir beberapa waktu belakangan ini. Situasi apa pun yang ada di hadapan saya, selalu menjadi bahan yang merangsang otak saya untuk berpikir. Bahkan terkadang untuk hal-hal yang tak penting sekalipun.

Kemarin, saya baru saja potong rambut lagi, setelah saya merasa rambut saya mulai membentuk sarang burung di atas pohon a.k.a susuan manuk, hakakak.

Nah, proses bepikir ini bermula saat mas-mas tukang potong langganan (saya biasa potong di tukang pangkas rambut emperan, jadi jangan bayangkan "mas-mas" yang "mbak-mbak" seperti di banyak salon itu :p) menanyakan potongan rambut yang saya inginkan. Dan seperti biasa, karena saya bukan tipikal pria modis dan up date terhadap tren, apalagi tren rambut, saya menjawab dengan jawaban andalan: "Rapi aja, mas!"



Saya kemudian mulai berpikir, emang model rambut yang bagus atau sedang tren sekarang seperti apa, ya? yang seperti kangen band? yang seperti Ariel peterpan? Ah.. saya malas memikirkannya. Yang menarik bagi saya justru ketika saya ingat bahwa saya dulu benci sekali pergi potong rambut. Saya selalu merasa pede dan lebih merasa lebih "dapet gaya" dengan rambut gondrong. Ah ya! saya selalu merasa lebih keren kalo berambut panjang, hakakakak...



Tapi yang juga menarik, tiba-tiba saja saya merasa tua. Aah.., ternyata banyak waktu yang sudah saya lalui. Masa gondrong itu telah lewat, masa ber-head banger di atas panggung itu telah lewat.. (saya juga jadi merindukan masa-masa nge-gig itu).

Lalu, sore ini, saya membuka-buka file foto saya lagi. Dan saya baru ingat kalau masa kecil saya juga gondrong. Kata bapak saya, biar nggak gampang masuk angin... hakakak. Nah, inilah saya dalam tiga masa yang berbeda... foto pertama ketika saya berumur 3 tahunan, foto kedua saat saya kuliah dan baru kerja, dan foto terakhir diambil satu minggu yang lalu, sebelum saya potong rambut. Ahh.. demi masa... begitu cepat waktu berlalu...

Thursday, January 22, 2009

Realita Cinta, (Pipis), dan Rock and Roll


Kemarin, saya menyadari sebuah hal penting bahwa tak ada perbedaan yang signifikan antara jatuh cinta dengan kebelet pipis.

Pipis, bagi saya kemarin, adalah hal mendesak, urgent, top number 1, gawat darurat, dan tidak bisa ditukar dengan apapun di dunia ini. Yang ada di otak saya waktu itu hanya satu: bagaimana menemukan tempat untuk pipis, karena toilet di tempat saya kerja sudah tutup satu jam sebelumnya (saya lembur dan pulang malem). Semua energi dan pikiran fokus untuk satu tujuan. Tak ada lainnya... benar-benar tak ada lainnya karena begitu kebeletnya.

Padahal setelah saya mendapatkan solusi dan berhasil menemukan tempat untuk pipis, ya gitu-gitu aja rasanya. Hanya beberapa detik saja kenikmatannya...

Saya lalu meluangkan sedikit waktu untuk berpikir tentang pipis. Ahh.., tidak. Andai saya tidak pipis.. pasti perut saya sakit, pasti saya ngompol dan pakaian saya kotor dan najis, pasti dalam jangka waktu panjang saya akan terkena kencing batu atau penyakit apapun yang disebabkan saya menahan kencing. Jadi pasti tak sia-sia saya memusatkan pikiran dan energi untuk pipis ini..

Lalu apa bedanya dengan jatuh cinta? Saat saya jatuh cinta.. dia adalah hal mendesak, urgent, top number 1, berdarah-darah hanya untuk bertemu, duduk di sebelahnya, dan sekadar memandang wajahnya serta menatap mata indahnya. Semua malam-malam saya habis untuk bertemu dengannya dalam SMS, telpon, dan lamunan. Dia adalah yang utama, bahkan mengalahkan Sang Pencipta cinta. Semua energi dan pikiran terpusat untuknya.

Padahal akhirnya, saya tahu bahwa ia tak menyambut cinta saya, hakakakaka. Tapi saya kemudian juga meluangkan waktu untuk berpikir. Kalau saya tak menyatakan rasa suka, pasti makin sakit rasanya, pasti makin banyak malam-malam saya yang habis untuknya, pasti ia tak tahu bahwa saya begitu menyayanginya. Jadi tak sia-sia juga saya menghabiskan waktu, energi dan pikiran untuk cinta ini...


Jadi, tak ada perbedaan signifikan dari cinta dan kebelet pipis, kan? Keduanya juga membuat kita mendesah dengan suara yang sama: Aaahhhh....

Bukankah Tuhan kita Maha Besar karena telah menciptakan rasa cinta dan kebelet pipis?

*anyway, saya mengundang Anda untuk membantu saya menemukan perbedaan atau persamaan cinta dan kebelet pipis :p

Friday, January 09, 2009

Are You Ready?


Hidup, acapkali menggiring saya hingga sangat akrab dengan perpisahan dan rasa kehilangan.

Hidup, juga seringkali menyudutkan dan mengharuskan saya memilih. Dan di posisi itu, terkadang mati terdengar lebih indah daripada memilih.

Perpisahan, kehilangan, dan pilihan... itulah hidup! Dan saya siap untuk hidup!!

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites