Transportasi dan Transformasi Budaya

Boleh jadi, masalah kebangsaan kita -termasuk transportasi- adalah masalah "human being". Ego untuk mendapat hal-hal "material" untuk diri kita sendiri.

PLN, DBL, dan Pasar Atom

Dahlan sukses di PLN karena kendali komunikasi, DBL besar (salah satunya) karena JP, Atom menang bersaing karena (salah satunya) media internal.

Rindu, Keju, dan Bokong

kenapa bagian bawah punggung kita dimakan bokong? Kenapa tidak keju? Kenapa keju tidak dinamakan bokong saja? Kenapa?.

Realita Cinta, (Pipis), dan Rock n Roll

Tidak ada perbedaan yang signifikan antara cinta dan kebelet pipis. Keduanya mendesak, top number 1, dan menimbulkan efek suara yang sama: Ahhh..

Cerita Berambut

Dulu, saya benci sekali potong rambut. Selalu meras lebih pede dan "dapet gaya" dengan rambut gondrong. Demi masa, begitu cepat waktu berlalu.

Sunday, July 15, 2007


Seniman Kabotan Rambut

Minggu lalu, nggak sengaja lihat TVRI. Acara talkshow, ga tau namanya apaan. Bintang tamunya Sudjiwo Tedjo, pembawa acaranya Peggy Melati Sukma. Karena nggak ngelihat dari awal, jadi nggak tahu tema yang diangkat. Yang jelas, acara ini jadi menarik perhatian, saat tiba-tiba Sudjiwo Tedjo angkat bicara, "Sholat itu nggak harus diartikan sempit. Berdiri di satu tempat, dengan gerakan-gerakan khusus. Peggy sekarang ini sedang sholat, tukang becak yang sedang mengayuh becaknya juga sholat."

Sambil membentangkan tangan sembari duduk bersila di atas kursi dengan rambut gondrongnya tergerai menutupi hampir separuh punggung seakan mencari legitimasi sebagai seorang seniman, ia menambahkan "Ini adalah sajadah yang luas," ujarnya

Saya terheran-heran. Bagaimana mungkin seniman sekaliber Sujiwo Tedjo tidak bisa membedakan sholat dan ibadah?? Sholat itu pasti ibadah, tapi ibadah tidak hanya dengan sholat. Sesimpel itu..!! Apa yang diungkapkan Si Tedjo ini bersifat tendensius. Dan bahkan lebih dari itu, sudah mengarah ke menyerang keyakinan orang lain!!

Yang namanya sholat itu ada aturannya, om! Ada rukunnya! Bersuci, takbiratul ikhram, membaca Al-Fatihah, dll. Lepas satu rukun, sholat tidak sah!! Dalam hadist yang diriwayatkan Bukhari Muslim (shoheh / dapat dipercaya), Baginda Rosulullah SAW bersabda: "Sholatlah sebagaimana aku sholat,".

Setiap gerakannya bahkan mengandung arti. Salam / Tahhiyatul Akhir misalnya. Mengucapkan Assalamu'alaikum dengan menoleh ke kanan dan ke kiri dimaksudkan untuk saling mendoakan jamaah sholat lainnya. Lebih jauh, ini akan menumbuhkan rasa kebersaman, rasa kesatuan sebagai sesama muslim a.k.a uquwah islamiah. Om saya bilang: Salam perdamaian... (ke kanan), salam perdamaian... (ke kiri). Itu cuma tahhiyatul akhir. Belum takbir, ruku', i'tidal, sujud, dll. Semua punya arti masing-masing. Makanya Islam mengajarkan, barang siapa sholatnya benar, maka yang lain akan benar!

Okelah kalau Sudjiwo Tedjo tidak berbicara dalam konteks Islam. Tapi sholat dan sajadah hanya dikenal di Islam. Lagian, kalau tidak mau masuk ke konteks Islam, jangan pake kata sholat, dong! Sholat itu kan simbol tertinggi islam! Jangan mentang-mentang seniman, terus nyablak sak karepe dhewe!!

Kenapa sih banyak seniman yang ngawur dengan mengatasnamakan seni?? Okelah itu keyakinan dia, Islam kejawen lah, apa lah, saya nggak peduli! Tapi, sekali lagi, apa yang "dicablakkan" si om gondrong ini sudah bersifat tendensius dan menyerang keyakinan orang lain. Kalau acara talkshow itu memang dialog agama yang juga mengetengahkan tokoh Islam, nggak masalah, karena apa yang ditangkap masyarakat bisa berimbang. Nah ini??? Duh, Tedjo...Tedjo....

kayaknya mas tedjo ini bener-bener terobsesi dengan perannya di film Kafir yang ingin di anggap sebagai nabi..

anyway, saya juga pernah gondrong (Tapi ga sampai mengerikan, sih). Dulu sih buat gaya-gayaan. Anak band, sok seniman... padahal ya gerah juga. Diajak mikir jadi rada susah.. Nah, Kayaknya Om Tedjo perlu dirapiin deh rambutnya. Nyeni kan nggak harus dinilai dari rambutnya, om.....

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites