"Salah satu prinsip public relation mengatakan, jika ada masalah, segeralah membuat pernyataan sejujur-jujurnya, atau minimal, segeralah membuat suatu pernyataan. Dengan begitu tidak sempat muncul spekulasi-spekulasi dan kesan negatif di masyarakat."
Hal itu pernah dikatakan bos saya beberapa tahun lalu, ketika saya tidak berhasil mendapatkan statement Ariel Peterpan ketika kasus Sarah Amalia mencuat. Saat itu, Santer berhembus kabar bahwa Ariel telah menghamili pacarnya, Sarah Amalia.
Ketika kasus itu sedang hangat-hangatnya, Ariel dan band nya sedang melakukan tur keliling di beberapa kota di Jawa Timur, dan saya yang saat itu tugas di desk hiburan, ketiban sampur mengejar Ariel. Tiga kota saya datangi untuk membuka mulut Ariel soal kebenaran berita itu. Tapi hasilnya nihil. Ariel sama sekali tak mau ditemui, padahal saya dan banyak kuli tinta lainnya beberapa hari dlosoran di lobi hotel, menunggu Ariel mau menemui kami.
Saya pulang. Dan sehari setelahnya, saya dapat kabar bahwa Ariel terkena demam berdarah di sela tur jatim nya dan dibawa ke HCOS Surabaya. Saya bukan kerabat atau teman Ariel, tapi situasi itu membuat saya 3 hari berturu-turut bertahan di rumah sakit untuk menanti perkembangan. Target berita nambah, selain soal sakitnya, statement soal Sarah Amalia juga tetap jadi hal krusial.
Kantor tak mau tahu, saya harus dapat foto Ariel di rumah sakit. Lhah gimana?! orang lorong rumah sakit aja udah dijagain lima satpam! nggak boleh ada yang masuk, kecuali keluarga pasien yang ada di RS itu. Saya sudah mengerahkan segala akal, termasuk beli jeruk satu kilo dan pura-pura besuk pasien di sebelah kamar Ariel yang saya akui saudara saya. Dan berikut percakapan saya dengan para satpam :
satpam 1 : Mau kemana, mas?
saya : Mau jenguk saudara saya, pak. Kamar 403
Satpam 2 : Siapa nama pasiennya?
saya : Rudi, pak. (asall!)
satpam 1: ini bawa apa
saya : jeruk
satpam 3 : bukan yang ini. Yang itu.
Saya : oh ini..
Satpam 2 : Kamera ya.. udah mas. Nggak bisa. Nanti kita yang disalahkan. mohon ngerti lah.
Satpam 1 : lagian tampangnya udah kelihatan
saya : (*&^@(*&$Q^%$@%^$#@^%$
Habis semua akal licik, saya akhirnya menelpon salah satu panitia penyelenggara tur Peterpan. "Mas, tolong lah mas, daripada Arielnya kasihan digangguin temen-temen terus.. Masnya tolong bawain kamera saya masuk deh. Tolong difotokan. Tapi yang banyak, mau saya bagi sama teman-teman lainnya." Berhasil!!! saya akhirnya dapat foto Ariel dengan selang infus masih menempel di tangannya.
Tapi saya dan teman-teman masih bertahan di RS dan berharap bisa mendapat statement dari Ariel ketika ia keluar dari RS. Tpai kami kecewa karena ternyata Ariel diam-diam dilarikan dari pintu belakang RS. Ia akhirnya menikah diam-diam dengan Sarah Amalia di Sidoarjo.
Inti dari cerita di atas sebenarnya tentang pentingnya memberikan statement. Saya mencatat beberapa kasus dan mengambil kesimpulan: Barang siapa yang tidak segera memberikan statement atas kasus, hampir pasti memang apa yang dibicarakan di masyarakat memang benar. Banyak lah contohnya. Ariel yang menghamili Sarah Amalia, Rhoma Irama yang nikah siri dengan Angel Lelga, dan beberapa kasus lainnya.
--------------------
Nah, saya jadi inget dengan prinsip public relation ini ketika melihat pidato presiden SBY tadi malam yang menanggapi kekisruhan pemilu berkaitan dengan kasus kisruh Daftar Pemilih Tetap (DPT).
Sebagai orang yang awam politik, saya mengangkat topi pada presiden SBY yang dengan gentlemen memberikan statementnya atas tudingan ketidaknetralan KPU dan campur tangan pemerintah terhadap pemilu 2009. Dengan teknik pidato yang baik (tanpa teks), presiden mengakui kesalahan yang ada pada pemilu kali ini sekaligus tidak akan lepas tanggung jawab, meski penyelenggaraan pemilu adalah murni tanggung jawab KPU sebagai lembaga yang independen dan mandiri.
Whatever lah, saya nggak terlalu ngerti politik, tapi bagi saya pidato tersebut telah memberikan nilai plus bagi SBY. Gaya bicaranya begitu elegan dan "ngayemno ati", dan saya memang eneg ngelihat pimpinan-pimpinan umat di negeri ini bicara dengan gaya bahasa yang tidak elegan dan membuat panas telinga dan tidak menentramkan rakyat dan bahkan terdengar mengadu domba. Coba lihat mega ketika mengkritik BLT atau statement-statement Gus Dus dalam menanggapi sesuatu.. koyok wong ape tawuran!! Kalo elit-elitnya bergaya tak santun seperti ini, ya jangan salahin rakyat dong kalo bawa minyak gas dan korek api setiap kali nangkep maling?!!
Saya nggak nyontreng demokrat, saya nggak nyontreng PDI atau PKB atau gerindra (Pengikut Gus Dur ini sekarang harus nyontreng PKB atau gerindra, sih?? hehe). Tapi yang jelas, saya akan memilih presiden yang "ngayemno ati". nggak membuat situasi negara jadi panas dan bikin rakyat bingung, saling berprasangka, dan terbakar amarah dengan statement-statementnya yang emosional. Soal perbaikan ekonomi? ahh.. kok ya samua sama aja, sembako murah lah, apa lah.. tapi yang jelas, sekarang ada BOS yang bikin saudara-saudara kita bisa sekolah gratis. Pensiunan bapak ibu saya juga naik terus katanya.. hah, embohlah. Semoga kita diberi pemimpin yang amanah dan bisa "ngayemno ati". Amiiiinnnn :)
2 comment:
pembahasan itu masuk juga di blog daz? miss the time diatas sepeda butut
miss you too... :)
Post a Comment